Bangsa
besar dengan sejuta keindahan, itulah Indonesia. Bangsa besar dengan karakter
dan rakyat membanggakan, juga Indonesia. Namun, bangsa besar dengan rakyat yang
bangga terhadap bangsanya sendiri? Mungkin yang satu ini perlu direnungkan
lagi.
Jujur,
saya tidak bisa menahan untuk tidak segera menulis tulisan ini. Kenapa? Ya,
setelah tidak sengaja melihat berbagai acara di televisi yang membuat hati saya
gemes dan tergelitik, saya tidak
tahan untuk menanggapi. Bagaimana tidak, saya sebagai bangsa Indonesia, anak
Indonesia, generasi penerus bangsa, pelurus bangsa, atau apalah sebutannya
merasa miris dengan fenomena yang terjadi akhir-akhir ini. Bahkan, seketika
saya ingin berteriak meraung-raung menyadarkan mereka yang telah menanamkan
kebiasaan baru yang dapat berefek serius pada kelangsungan bangsa, khususnya
terhadap bahasa persatuan kita, bahasa Indonesia.
Tidak dipungkiri, bahasa Inggris sebagai
bahasa internasional memang mutlak untuk dikuasai di era global ini. Pasalnya,
melalui bahasa internasional masyarakat dunia dapat berinteraksi tanpa
kesulitan berarti. Melalui bahasa pula, manusia dapat dengan mudah berbagi ilmu
dan informasi. Namun, bukan berarti dengan mempelajari bahasa internasonal
(dalam hal ini bahasa Inggris), kita jadi melupakan bahasa kita sendiri. Atau
yang lebih memprihatinkan, kita lebih mengenal bahasa orang asing dibanding
bahasa tanah kita sendiri.
Seperti halnya yang dialami oleh banyak
anak Indonesia saat ini. Lahir di Indonesia, berdarah Indonesia, besar di
Indonesia, hidup dan makan minum di Indonesia, namun sama sekali asing dengan
bahasa Indonesia. Lantas, apa arti sumpah pemuda yang telah diikrarkan
putera-puteri Indonesia? Pantaskah perjuangan mereka dilunturkan begitu saja
demi mengejar gengsi dan modernisasi dalam artian yang salah? Silahkan
renungkan sendiri.
Jika semua generasi penerus bangsa sejak
lahir menelan mentah-mentah bahasa asing sebagai bahasa ibu tanpah pernah mengenal bahasanya sendiri, bayangkan yang
terjadi sepuluh-lima belas tahun lagi. Akan jadi apa bangsa kita? Bangsa yang
krisis identitas? Bangsa yang tidak punya bahasa sendiri seperti Singapura dan
banyak negara barat? Saya akui mereka lebih maju dari kita, tapi apakah indikator
kemajuan suatu bangsa sekedar berdasar pada pergantian bahasa dan sejauh mana
bangsa tersebut melangkah melupakan serta menjauh dari budayanya sendiri? Tentu
saja tidak. Bisa-bisa yang terjadi bukannya maju malah amnesia.
Mari kita belajar dari saudara kita,
Jepang. Kemajuan Jepang yang setara dengan negara-negara di Amerika dan Eropa
tidak membuat Jepang kehilangan identitasnya. Bahkan, Jepang semakin
mengukuhkan budaya sebagai budaya yang justru dicintai bahkan diimpikan bangsa
lain. Bahasa Jepang juga mampu bertahan di tengah derasnya arus globalisasi,
bahasa Jepang juga tidak menjadi penghalang mereka berkomunikasi.
Oleh sebab itu, hendaknya kita mencintai
dan menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang mencerminkan kita sebagai
bangsa besar yang memiliki jati diri. Ajarkanlah Bahasa Indonesia kepada anak
cucu kita sebagai bahasa pokok mereka sehari-hari. Hal itu tentu tidak
menghambat pembelajaran mereka terhadap bahasa asing bila bahasa asing
diajarkan secara benar, bukan dengan menghapus Bahasa Indonesia dan
menggantinya dengan bahasa asing. Dengan begitu, kita dapat membuktikan kepada
dunia bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang cerdas, yang mampu menguasai
berbagai bahasa tanpa meninggalkan bahasanya sendiri.